Beautiful Flower

Beautiful Flower
from country living website

Friday, August 23, 2013

Notebook baru untuk pekerjaan



Yuhuuu…notebook baru nih sudah datang kemarin Senin dan baru sekarang (Selasa 20 Agustus 2013) resmi digunakan ^__^ Keypad-nya empuuuk dan enak untuk ngetik euy! Layar-nya besar dan bentuknya juga slim. Keren juga nih notebook, seharusnya bikin kerja ku lebih semangat ya hayooo hehehe…

Yang bikin kaget pas buka notebook baru adalah pada waktu buka browser firefox-nya dan…taaraaa...kok Google-nya dalam bahasa Thailand yang kayak bakmi keriting begini ya? Hahaha…langsung deh telepon ke orang IT di kantor pusat untuk minta tolong dibenerin. Dan berhubung di notebook ini sudah di-install team viewer, jadi beliau yang di sono bisa memantau notebook-ku dan mengerjakan dari sono. Maksudnya bagaimana? Ya begitulah, tanya orang IT aja deh ntar dijelaskan dengan bahasa yang nyambung ; maklumlah, saya mengerti tapi kurang lihai menjelaskan hehehe...

Berkat team viewer itu, saya terbantu untuk urusan Google itu dan juga urusan Ms Outlook yang sebelumnya sudah saya coba sendiri tapi belum berhasil. Sekarang Ms Outlook-nya sedang menarik data email dari inbox di webmail yang selama ini saya pakai di notebook senior (Fujitsu). Banyaknyaaaaa…sabar ya sabar. 

Sudah selesai? Eits, belum donk. Data – data ku masih ada di notebook yang lama (yang error LCD-nya) dan nanti mau minta tolong teman untuk memindahkannya ke notebook ini. Semoga urusan notebook ini bisa selesai segera dalam minggu ini.


Hari Rabu 21 Agustus notebook lama yang error dan notebook yang baru sudah diambil oleh teman yang ahli dalam hal ini dan keesokan hari nya sudah beres. Thank youuu for your great help, bro! ^__^ Asiiik, sudah resmi donk pakai notebook baru nya, Yul? Not yet! Hahaha.. masih ada urusan printer nih, harus dipastikan dulu bisa nge-print karena urusan kerjaan banyak nge-print nya juga nih. 

Dan.. Jumat 23 Agustus adalah hari resmi notebook baru ini digunakan. Dengan segala hormat, mohon gunakan notebook dengan baik, benar, hati-hati, dan penuh perhatian untuk jangka panjang. *kok jadi serius gini sih hehehe..* Okelah kalau begitu, semangat ya! ^__^

Friday, June 14, 2013

Eehh ketemu lagiiii ^__^



Si cowok bermuka oriental ini sudah beberapa kali aku temui di jembatan busway dari arah yang berlawanan pada saat berangkat kerja.

Di suatu waktu dia berjalan dengan menggeret semacam kantong belanjaan beroda yang berisi penuh sayur dan sepertinya dia baru saja pulang dari pasar. Lain waktu, aku juga melihat kantong belanjanya juga ada beberapa sayuran meskipun tidak sepenuh biasanya. Hmm…jadi penasaran deh, dia tinggal dimana ya? Sepertinya dia adalah imigran dari China yang bekerja di sekitar daerah Sudirman sini.

Muka orientalnya mengingatkanku kepada orang – orang imigran dari China yang banyak beredar di gedung tempat kantorku berada. Dan kemungkinan dia juga tinggal tidak jauh dari daerah Karet karena dia rela berjalan kaki berbelanja ke pasar Benhil (tebakanku…karena pasar yang dekat dengan jembatan bis Trans Jakarta Bendungan Hilir adalah pasar tersebut) pulang pergi sambil membawa kantong belanjaan itu.

Dia hanya satu dari bermacam – macam orang yang aku temui di pagi hari dalam perjalanan dari kos menuju kantor. Kadang aku mengambil jalur kiri yang melewati gedung Sampoerna Strategic Square dan lain waktu aku menikmati perjalanan ke kantor di jalur kanan yang mengharuskanku untuk menyeberang jembatan bis Trans Jakarta halte Karet. Tetapi aku lebih suka berjalan melewati trotoar gedung SSS yang lebar dan nyaman itu *sudah kuceritakan kan kenapa ^__^*


Ada juga perempuan muda bermuka oriental juga yang sering kujumpai di pagi hari. Dia berpakaian lengkap dengan blazer dan rok yang berwarna gelap dan membuat tubuh kurusnya semakin terlihat kurus. Rambut lurus hampir sebahu dengan model yang biasa saja dan muka berkacamata yang polos tanpa riasan membuatku menebak – nebak untuk posisinya di kantor adalah staf akunting atau staf keuangan yang berkutat dengan angka dan kertas. Dia juga berjalan berlawanan arah denganku dan kita berangkat hampir di jam yang sama kadang – kadang *kalau aku tidak kesiangan hehehe…*

Apa kamu enggak bosan melewati rute yang sama terus – menerus 5 hari dalam seminggu, Yul? Kadang memang bosan tapi aku harus membangkitkan semangatku sendiri untuk tetap melangkahkan kaki ini. Bisa juga aku mencoba rute keluar dari tempat kos ke arah gedung SSS melewati jalan Bek Murad dan masuk ke gedung WTC (seolah – olah aku adalah karyawan yang berkantor di situ), kemudian keluar menuju ke halte Karet. Nah dari situ ada 2 pilihan seperti biasanya yaitu melewati trotoar gedung SSS atau melewati jembatan halte bus Trans Jakarta Karet. 

 Jika melewati jembatan halte bus Trans Jakarta Karet, seperti di jembatan – jembatan lainnya akan ditemui para penjual yang berjejer di kanan kiri jembatan menggelar dagangan mereka. Untuk pagi hari kita bisa ada penjual molen bakar (kayaknya ini enak nih, aku belum pernah beli sih…meskipun tadi pagi hampir tergoda untuk membelinya hihihi), penjual jajanan, makanan, dan pisang untuk camilan atau bisa juga untuk sarapan, juga penjual barang – barang miscellaneous (hmm…sebutannya apa ya, untuk peniti, lem, obeng, senter, dan barang – barang kebutuhan rumah tangga yang kecil – kecil yang tidak setiap saat kita butuhkan tapi biasanya mendadak dibutuhkannya).

Sedangkan kalau malam hari ada penjual payung (kadang pagi hari juga ada kalau cuacanya mendung gerimis atau hujan), DVD bajakan, kaos kaki, baju atasan (blus) yang murah meriah, bahkan pulsa dan kartu perdana juga ada. Dan yang selalu ada baik pagi maupun malam hari adalah para pengemis yang kebanyakan adalah ibu dengan anaknya yang masih bayi atau balita. Halte Karet ini ukurannya lebih besar daripada halte Bendungan Hilir sehingga buat aku agak leluasa kalau mau menyalip orang yang ada di depanku. Tapi tetap saja keberadaan para penjual ini membuat mobilitas para pejalan kaki kurang leluasa.

Kadang dari jembatan ini aku bisa menikmati jalan Sudirman yang penuh dengan mobil – mobil di jalur cepat yang berjalan lambat alias sedang kena macet. Terutama di malam hari jika cuacanya cerah, wah itu lampu – lampu dari mobil yang sedang kena macet terlihat indah deh, dikombinasi dengan klakson bus, mobil, dan motor yang bersahutan…hmm…tambah cinta deh dengan Jakarta hahahahahaha ^___^

 Jadiii…kalau ditanya lagi oleh teman atau saudara, “Yul, kamu kok betah sih di Jakarta yang macet dan banjir dan sumpek begitu?” Jawabanku tetap sama, “Ya dibetah – betahin lah, soalnya pekerjaannya masih di sini dan untuk urusan banjir dan macet aku jarang sekali mengalaminya…so masih bisa ditoleransi lah hehehe…” Lagian, ini kan Pak Gubernur dan Pak Wagub nya kan sudah lebih baik, jadi we’ll see untuk Jakarta yang lebih baik di masa depan dan aku ingin menikmatinya kalau masih ada kesempatan *wink* The Best Is Yet Ahead! Semangaaattt ya! 

*gambar koleksi pribadi*

Wednesday, June 12, 2013

Menikmati Jakarta dengan berjalan kaki





Well…belum bisa menikmati dengan sepenuh hati sih, terutama kalau harus ‘bertempur’ dengan para pengendara motor yang seenaknya naik ke trotoar karena trotoarnya lumayan pendek. Hal ini bisa terjadi di saat jam pulang kantor sekitar pukul 6 sore ke atas dan bisa memancing emosi kalau pada saat itu cuacanya gerimis yang agak besar rintik hujannya. Kenapa? Karena para pengendara motor pada umumnya malas berhenti untuk menggunakan jas hujan dulu atau mereka tidak membawa jas hujan berhubung asumsinya ini sudah musim kemarau dan jarang hujan.

Ada kejadian yang lucu mengenai hal tersebut beberapa hari lalu. Saya sedang berjalan kaki seperti biasa pulang dari kantor menuju kos di daerah Karet melewati jembatan bis Trans Jakarta Bendungan Hilir ke arah gedung Sampoerna Strategic Square. Turun dari jembatan, melewati kerumunan orang yang berteduh di ujung jembatan, para penjual batagor, minuman, dvd, dan orang – orang yang sedang menunggu bis, saya berjalan ke arah gedung Plaza Central yang trotoarnya lumayan pendek.

Dalam keadaan cuaca hujan gerimis yang lumayan besar rintiknya, keadaan jalan raya di jalur lambat tersebut sudah penuh kendaraan mobil, bis besar, kopaja, dan motor. Di trotoar yang terletak di depan gedung Plaza Central ada dua orang ibu – ibu yang sepertinya sedang menunggu bis. Nah, pada saat saya lewat di depan mereka, dari arah depan saya sudah ada beberapa pengendara motor yang mulai ambil jalan pintas naik ke trotoar supaya bisa nyeruduk ke depan alias tidak mau sabar antri. Spontan kedua ibu itu langsung teriak protes, “Hey! Kok lewat trotoar sih! Ngawur kalian!” Saya yang mendengarnya sambil lalu hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati, “Yes! Marahin aja tuh Bu…” hehehe…


Kejadian ‘berebut trotoar’ dengan para pengendara motor ini bukan hanya terjadi sekali dua kali, tapi sudah sering...dan saya sudah geregetan untuk ngerjain mereka dengan membuka payung mendadak di depan mereka supaya mereka kaget dan ngerem mendadak. Atau menyiramkan air secara mendadak juga di muka mereka. Ups…jahat ya hehehe… Lha bagaimana donk, gemes nih pengen kasih mereka pelajaran untuk sabar antri di jalan, tertib berlalu lintas dan tidak menyerobot hak pejalan kaki. Rasanya pengen banget teriak ke mereka, “Hey! Jatah kalian itu tuh di jalan, bukan di trotoar! Kalau macet ya sabar atuh, semua juga kena macet kan dan Pak Jokowi masih bekerja untuk mengurai kemacetan Jakarta ini!” *eh kok bawa – bawa nama Pak Jokowi hahaha…*

Nah, kalau sudah melewati trotoar depan Plaza Central dan menuju ke arah Sampoerna Strategic Square mulai enak tuh karena saya bisa menjadi ratu sesaat yang ‘menguasai’ trotoar yang lebaaaarr dan nyaman itu hihihi… Serasa di Singapura lho *meskipun saya belum pernah berjalan kaki di trotoar Singapura, tapi sudah sering lihat di TV* Dan trotoar yang mengelilingi gedung SSS itu sering saya banggakan kalau lagi ngobrol dengan teman – teman. Di trotoar itu saya bisa berjalan dengan kecepatan yang lumayan tinggi sehingga berkeringat dan bikin badan ini lebih segar karena dibikin bergerak ^__^ 



Memang…berjalan kaki di trotoar – trotoar Jakarta tidaklah senyaman dan seaman kalau kita berjalan di trotoar kota – kota besar di luar negeri yang sudah terkenal lebih bersahabat dengan para pejalan kaki. Kemacetan, polusi, dan perilaku yang tidak displin dari pengendara sepeda motor bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Namun seperti Pak Basuki bilang bahwa mengatasi kemacetan Jakarta adalah dengan ‘memindahkan’ para pengguna kendaraan pribadi ke transportasi umum dan itu butuh proses, saya tetap akan tetap menikmati trotoar – trotoar di Jakarta yang bisa dilewati dengan kedua kaki saya, sambil menikmati kejadian – kejadian atau orang – orang yang saya temui selama berjalan kaki. ^__^

(Gambar - gambar diambil dari Google)