Si
cowok bermuka oriental ini sudah beberapa kali aku temui di jembatan busway
dari arah yang berlawanan pada saat berangkat kerja.
Di
suatu waktu dia berjalan dengan menggeret semacam kantong belanjaan beroda yang
berisi penuh sayur dan sepertinya dia baru saja pulang dari pasar. Lain waktu,
aku juga melihat kantong belanjanya juga ada beberapa sayuran meskipun tidak
sepenuh biasanya. Hmm…jadi penasaran deh, dia tinggal dimana ya? Sepertinya dia
adalah imigran dari China
yang bekerja di sekitar daerah Sudirman sini.
Muka
orientalnya mengingatkanku kepada orang – orang imigran dari China yang banyak beredar di gedung
tempat kantorku berada. Dan kemungkinan dia juga tinggal tidak jauh dari daerah
Karet karena dia rela berjalan kaki berbelanja ke pasar Benhil (tebakanku…karena
pasar yang dekat dengan jembatan bis Trans Jakarta Bendungan Hilir adalah pasar
tersebut) pulang pergi sambil membawa kantong belanjaan itu.
Dia
hanya satu dari bermacam – macam orang yang aku temui di pagi hari dalam
perjalanan dari kos menuju kantor. Kadang aku mengambil jalur kiri yang
melewati gedung Sampoerna
Strategic Square dan lain waktu aku menikmati
perjalanan ke kantor di jalur kanan yang mengharuskanku untuk menyeberang
jembatan bis Trans Jakarta halte Karet. Tetapi aku lebih suka berjalan melewati
trotoar gedung SSS yang lebar dan nyaman itu *sudah kuceritakan kan kenapa ^__^*
Ada juga perempuan muda
bermuka oriental juga yang sering kujumpai di pagi hari. Dia berpakaian lengkap
dengan blazer dan rok yang berwarna gelap dan membuat tubuh kurusnya semakin
terlihat kurus. Rambut lurus hampir sebahu dengan model yang biasa saja dan
muka berkacamata yang polos tanpa riasan membuatku menebak – nebak untuk
posisinya di kantor adalah staf akunting atau staf keuangan yang berkutat
dengan angka dan kertas. Dia juga berjalan berlawanan arah denganku dan kita berangkat
hampir di jam yang sama kadang – kadang *kalau aku tidak kesiangan hehehe…*
Apa
kamu enggak bosan melewati rute yang sama terus – menerus 5 hari dalam
seminggu, Yul? Kadang memang bosan tapi aku harus membangkitkan semangatku
sendiri untuk tetap melangkahkan kaki ini. Bisa juga aku mencoba rute keluar
dari tempat kos ke arah gedung SSS melewati jalan Bek Murad dan masuk ke gedung
WTC (seolah – olah aku adalah karyawan yang berkantor di situ), kemudian keluar
menuju ke halte Karet. Nah dari situ ada 2 pilihan seperti biasanya yaitu
melewati trotoar gedung SSS atau melewati jembatan halte bus Trans Jakarta
Karet.
Jika
melewati jembatan halte bus Trans Jakarta Karet, seperti di jembatan – jembatan
lainnya akan ditemui para penjual yang berjejer di kanan kiri jembatan
menggelar dagangan mereka. Untuk pagi hari kita bisa ada penjual molen bakar
(kayaknya ini enak nih, aku belum pernah beli sih…meskipun tadi pagi hampir
tergoda untuk membelinya hihihi), penjual jajanan, makanan, dan pisang untuk
camilan atau bisa juga untuk sarapan, juga penjual barang – barang miscellaneous
(hmm…sebutannya apa ya, untuk peniti, lem, obeng, senter, dan barang – barang kebutuhan
rumah tangga yang kecil – kecil yang tidak setiap saat kita butuhkan tapi
biasanya mendadak dibutuhkannya).
Sedangkan
kalau malam hari ada penjual payung (kadang pagi hari juga ada kalau cuacanya
mendung gerimis atau hujan), DVD bajakan, kaos kaki, baju atasan (blus) yang
murah meriah, bahkan pulsa dan kartu perdana juga ada. Dan yang selalu ada baik
pagi maupun malam hari adalah para pengemis yang kebanyakan adalah ibu dengan
anaknya yang masih bayi atau balita. Halte Karet ini ukurannya lebih besar
daripada halte Bendungan Hilir sehingga buat aku agak leluasa kalau mau
menyalip orang yang ada di depanku. Tapi tetap saja keberadaan para penjual ini
membuat mobilitas para pejalan kaki kurang leluasa.
Kadang
dari jembatan ini aku bisa menikmati jalan Sudirman yang penuh dengan mobil –
mobil di jalur cepat yang berjalan lambat alias sedang kena macet. Terutama di
malam hari jika cuacanya cerah, wah itu lampu – lampu dari mobil yang sedang
kena macet terlihat indah deh, dikombinasi dengan klakson bus, mobil, dan motor
yang bersahutan…hmm…tambah cinta deh dengan Jakarta hahahahahaha ^___^
Jadiii…kalau
ditanya lagi oleh teman atau saudara, “Yul, kamu kok betah sih di Jakarta yang macet dan
banjir dan sumpek begitu?” Jawabanku tetap sama, “Ya dibetah – betahin lah,
soalnya pekerjaannya masih di sini dan untuk urusan banjir dan macet aku jarang
sekali mengalaminya…so masih bisa ditoleransi lah hehehe…” Lagian, ini kan Pak
Gubernur dan Pak Wagub nya kan sudah lebih baik, jadi we’ll see untuk Jakarta
yang lebih baik di masa depan dan aku ingin menikmatinya kalau masih ada
kesempatan *wink* The Best Is Yet Ahead! Semangaaattt ya!
*gambar koleksi pribadi*
No comments:
Post a Comment